Final Liga Champions 2024-25 Jadi Ajang Penebusan Inter Milan

Inter Milan kembali melangkah ke final Liga Champions, dan kali ini mereka tidak ingin kesempatan emas itu kembali terlewat seperti Dua tahun lalu.

Lawan mereka di final 2024-2025 adalah Paris Saint-Germain (PSG), salah satu klub terkaya dan bertabur bintang di Eropa.

Pertandingan yang akan digelar di Allianz Arena, Munich pada 1 Juni mendatang, menjadi momen penentuan antara penebusan atau kegagalan berulang.

Dari Underdog Menjadi Penantang Serius

Di awal musim, Inter bukanlah unggulan utama. Namun, performa luar biasa tim asuhan Simone Inzaghi membuktikan bahwa mereka pantas berada di puncak sepak bola Eropa.

Setelah kalah tipis dari Manchester City di final 2023, Inter kembali dengan tekad yang menyala untuk menyelesaikan “urusan yang belum selesai”.

“Kami hanya selangkah lagi dari sejarah,” ujar Inzaghi dalam konferensi pers jelang laga.

“Kami tahu apa yang harus dilakukan, tapi kami juga tahu lawan kami punya pemain berkelas dunia,”

PSG: Ujian Terakhir Generasi Tua Inter

Salah satu tantangan terbesar bagi Inter adalah usia skuad utama mereka. Rata-rata usia starter mencapai 30 tahun.

Nama-nama seperti Francesco Acerbi (37 tahun), Henrikh Mkhitaryan (36), dan Yann Sommer (36) menambah dimensi pengalaman, tetapi juga menimbulkan pertanyaan tentang ketahanan fisik menghadapi skuad muda PSG.

Sementara itu, PSG, di bawah asuhan Luis Enrique yang pernah mengangkat trofi Liga Champions bersama Barcelona tahun 2015 mengandalkan kekuatan muda dan kecepatan. Marquinhos yang berusia 31 tahun menjadi pemain tertua di antara starting XI PSG.

Luka Domestik Jadi Pemicu?

Musim ini, Inter nyaris menyapu bersih gelar domestik, namun semuanya pupus dalam sepekan di akhir musim. Mereka kehilangan puncak klasemen Serie A dari Napoli setelah tiga kekalahan beruntun dan tersingkir di semifinal Coppa Italia oleh rival sekota, AC Milan.

Namun, Inzaghi tetap optimistis.

“Kami memainkan 59 pertandingan musim ini, dan tidak memprioritaskan satu kompetisi pun. Kami mencoba menang di setiap pertandingan,” katanya. “Saya bangga pada para pemain.”

Kontras Finansial dan Filosofi

Final ini juga menjadi simbol dari dua dunia yang berbeda. PSG datang dengan kekuatan finansial luar biasa dan sederet pemain bintang.

Inter, di sisi lain, bangkit dari krisis kepemilikan dan ditinggal banyak pemain penting musim lalu. Namun, keberhasilan mereka musim ini membuktikan bahwa semangat kolektif dan taktik matang masih bisa bersaing di era sepak bola modern.

90 Menit untuk Sejarah

Final ini bukan hanya tentang trofi, tapi tentang narasi, penebusan, dan akhir yang layak bagi generasi pemain Inter yang telah mengorbankan segalanya. Inter telah membungkam keraguan sepanjang musim. Kini, hanya tinggal satu laga lagi untuk menuliskan sejarah baru di Eropa.

Apakah ini saatnya Inter Milan membalas kegagalan 2023 dan mengangkat trofi paling bergengsi di Eropa? Segalanya akan ditentukan dalam 90 menit yang menentukan.

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*