Wasit Final Liga Champions Disebut Bawa Hoki untuk Inter Milan

Penunjukan Istvan Kovacs sebagai wasit utama Final Liga Champions 2024/25 antara Inter Milan dan Paris Saint-Germain membawa harapan besar bagi fans Nerazzurri.

Bukan hanya karena reputasinya yang solid sebagai pengadil lapangan, tetapi juga karena rekam jejaknya yang unik, di mana setiap tim Italia yang dipimpin Kovacs di final UEFA selalu keluar sebagai juara.

Siapa Istvan Kovacs?

Istvan Kovacs, wasit asal Rumania berusia 40 tahun, telah resmi ditunjuk oleh UEFA untuk memimpin laga puncak Liga Champions musim ini yang akan digelar di Allianz Arena, Munich, pada 1 Juni 2025.

Dalam laga penting ini, Kovacs akan dibantu oleh dua asisten sesama Rumania, Mihai Marica dan Ferencz Tunyogi.

Sementara itu, Joao Pedro Silva Pinheiro dari Portugal akan menjadi Ofisial keempat. VAR akan ditangani oleh Catalin Sorin Popa (Rumania) dan Johan Higler (Belanda).

Statistik Menarik: Momen Positif untuk Inter Milan

Penunjukan Kovacs menjadi  pertanda baik bagi Inter Milan. Mengapa? Karena dalam dua final UEFA sebelumnya yang dipimpin Kovacs, tim Italia selalu keluar sebagai pemenang:

  1. Atalanta 3-0 Bayer Leverkusen – Final Europa League 2023/24
  2. Roma 1-0 Feyenoord – Final UEFA Conference League 2021/22

Dengan Kovacs di tengah lapangan, dua klub Italia tersebut mengangkat trofi Eropa, fakta ini tentu membangkitkan harapan bahwa Inter bisa mengikuti jejak sukses tersebut.

Kovacs dan Inter: Memori Manis di Liga Champions

Inter Milan juga memiliki rekor positif saat dipimpin Kovacs. Dalam fase grup Liga Champions musim ini, Inter berhasil mengalahkan Arsenal 1-0 dalam laga yang juga dipimpin oleh wasit asal Rumania tersebut.

Hasil itu memperkuat narasi bahwa Kovacs membawa keberuntungan bagi Nerazzurri.

Kovacs dan PSG: Campuran Keberuntungan

Sementara itu, catatan PSG di bawah kepemimpinan Kovacs tidak terlalu gemilang:

  • Kalah 0-1 dari Bayern Munich di fase grup Liga Champions musim ini.
  • Menang adu penalti atas Liverpool di Anfield, pada leg kedua babak 16 besar.

Meskipun PSG lolos dari babak 16 besar, mereka harus bekerja keras hingga adu penalti. Fakta ini menunjukkan bahwa tidak ada dominasi mutlak PSG di bawah kepemimpinan Kovacs.

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*