
Inter Milan langsung menampilkan wajah berbeda di bawah Cristian Chivu. Dalam debutnya sebagai pelatih utama pada laga pembuka Piala Dunia Antarklub melawan Monterrey, setidaknya Tiga perubahan besar dalam taktik Nerazzurri langsung terlihat jelas.
Laga yang berakhir imbang 1-1 tersebut memang belum ideal sebagai hasil akhir, namun menjadi gambaran awal dari evolusi Inter Milan pasca kepergian Simone Inzaghi.
Seperti dilaporkan oleh La Gazzetta dello Sport via FCInterNews, Cristian Chivu sudah mengubah Inter Milan dari segi formasi, cara bertahan saat sepak pojok, dan pendekatan pressing di lini depan.
1. Formasi yang Lebih Fleksibel dan Adaptif
Di bawah Simone Inzaghi, Inter dikenal sangat konsisten menggunakan formasi 3-5-2. Cristian Chivu pun tidak langsung membuang warisan itu. Inter tetap memulai laga dengan skema 3-5-2 saat menghadapi Monterrey.
Namun, perubahan mulai terlihat di babak kedua. Ketika Petar Sucic masuk menggantikan Asllani, Chivu menggeser Mkhitaryan ke peran trequartista, dan mengubah formasi menjadi 3-4-1-2.
Tidak lama berselang, dengan masuknya Nicola Zalewski, formasi kembali bergeser menjadi 3-4-2-1, di mana Dua gelandang serang mengapit Lautaro Martinez.
Perubahan ini menunjukkan bahwa Chivu lebih dinamis dan responsif terhadap situasi pertandingan, serta membuka opsi baru untuk kreativitas di lini tengah.
2. Strategi Bertahan Sepak Pojok: Dari Man Marking ke Zona
Satu perubahan mencolok lainnya adalah cara Inter bertahan dari situasi set-piece, khususnya sepak pojok. Di era Inzaghi, Inter hampir selalu menggunakan pendekatan man-to-man marking (penjagaan satu lawan satu).
Namun di laga melawan Monterrey, Chivu memperkenalkan pendekatan zonal marking. Strategi ini terlihat saat Sergio Ramos mencetak gol pembuka untuk Monterrey, satu-satunya pemain yang mendapat penugasan langsung adalah Francesco Acerbi, yang gagal menjaga Ramos.
Meski eksperimen ini belum berjalan sempurna, itu menunjukkan Chivu sedang membentuk fondasi baru di lini belakang, dengan orientasi penguasaan ruang dan posisi, bukan hanya duel individu.
3. Pressing Tinggi dan Intensitas Serangan Lebih Besar
Inter Milan juga tampak lebih agresif dalam pressing tinggi saat tidak menguasai bola. Jika selama ini Inzaghi lebih menekankan pada blok menengah dan transisi cepat, Chivu mendorong lini serang untuk menekan lawan sejak fase awal pembangunan serangan.
Pendekatan ini bisa meningkatkan dominasi Inter Milan atas lawan-lawan yang lebih lemah, sekaligus meningkatkan potensi merebut bola di area berbahaya.
Namun tentu, ini menuntut kondisi fisik yang prima dan koordinasi yang matang antarlini.
Leave a Reply