Dalam laga penuh tensi antara Napoli dan Inter Milan di Stadio Diego Armando Maradona, salah satu momen yang paling mencuri perhatian bukan hanya skor akhir atau gol spektakuler, melainkan adu mulut panas antara Denzel Dumfries dan Antonio Conte di pinggir lapangan.
Jurnalis Davide Bernardi, yang bertugas sebagai bordocampista DAZN, mengungkapkan detail menarik soal bagaimana pertikaian itu benar-benar dimulai dan berkembang menjadi keributan besar di babak kedua.
Awal Mula: Sebuah Benturan Kecil, Emosi Besar
Bernardi menjelaskan bahwa semuanya bermula dari sebuah tekel pemain Napoli terhadap Dumfries, yang menurut Antonio Conte tidak layak dianggap pelanggaran.
“Conte menganggap itu hanya akting dan langsung memaki, menyuruh Dumfries untuk segera bangkit,” ungkap Bernardi, seperti dikutip dari FCInter1908.
Namun, reaksi Dumfries justru menyalakan bara. Begitu bangkit, bek sayap asal Belanda itu menatap Conte dan tersenyum sinis, seolah ingin meredakan suasana dengan sarkasme. Tapi yang terjadi justru sebaliknya.
Dari Senyum Menjadi Ledakan Emosi
Alih-alih mereda, tensi malah meningkat. Bernardi menggambarkan bahwa Dumfries yang terbakar adrenalin membalas makian Conte, dan berjalan mendekat ke area teknis Napoli.
“Namun Dumfries yang terbakar adrenalin tidak meredam apa pun dan justru balik memaki Conte,” lanjut Bernardi.
Momen itulah yang membuat situasi memanas dengan cepat. Pemain dari kedua tim, terutama Lautaro Martinez langsung bereaksi.
Lautaro diketahui berlari mendekat dan ikut terlibat dalam adu mulut yang memperkeruh suasana di pinggir lapangan.
Ketegangan ini makin menarik karena melibatkan dua sosok dengan sejarah bersama di Inter Milan, Antonio Conte dan Lautaro Martinez.
Keduanya pernah berselisih pada musim terakhir Conte di Inter (2020/21), ketika Lautaro marah karena digantikan lebih awal dan sempat menendang botol di tepi lapangan. Saat itu Conte juga membalas dengan nada keras.
Bernardi: “Dari Percikan Jadi Kebakaran”
Bernardi menutup laporannya dengan menggambarkan bagaimana suasana tegang itu berkembang hanya dalam hitungan detik:
“Dumfries menatap Conte, tersenyum, lalu membalas ucapan kasar. Dari situ, percikan kecil berubah menjadi kebakaran besar di tepi lapangan. Lautaro ikut melibatkan diri, dan suasana benar-benar panas.”

Leave a Reply