
Gelandang muda berbakat asal Kroasia, Petar Sucic mencuri perhatian setelah bergabung dengan Inter Milan.
Dalam wawancara eksklusif bersama La Repubblica, pemain berusia 21 tahun ini mengungkapkan betapa hangatnya sambutan yang ia terima dari para pemain Nerazzurri serta motivasi besar yang membawanya ke klub raksasa Italia tersebut.
Inter Milan Grup yang Luar Biasa
Baru beberapa minggu sejak kedatangannya ke Inter Milan, Sucic sudah merasakan ikatan keluarga di ruang ganti.
“Ini grup yang luar biasa. Saat kamu baru datang, ada rasa takut seseorang memandang kamu dengan curiga. Tapi di Inter justru sebaliknya, saya langsung disambut dengan sangat baik,” ujar Sucic, seperti dilansir FCInterNews.it.
Salah satu momen spesial baginya sejauh ini adalah assist indah untuk gol Francesco Pio Esposito di laga penyisihan Club World Cup.
“Saya sudah menontonnya ulang di ponsel. Saya sempat ingin berputar, lalu melewati satu lawan dan melihat ruang terbuka. Pio menyelesaikannya dengan sangat baik,” kenangnya.
Luka dari Dinamo Zagreb, Lapar di Inter Milan
Sucic tiba di Inter Milan setelah musim menyakitkan bersama Dinamo Zagreb, yang kehilangan gelar liga di pekan terakhir. Namun, pengalaman itu justru membakar semangatnya.
“Itu sangat menyakitkan. Tapi dari situ saya merasa lebih lapar. Di Inter Milan, saya ingin menantang diri saya sendiri di level yang lebih tinggi dan di banyak kompetisi. Inilah alasan saya ke sini,”
Keputusannya bergabung juga dipengaruhi oleh para kompatriot seniornya.
“Saya bicara dengan Kovacic, Brozovic, Perisic. Mereka bilang: ‘Kemas koper, Inter adalah tempat yang tepat untukmu’,”
Inspirasi dari Chivu dan Impian Tantang Modric
Cristian Chivu, pelatih Inter Milan saat ini, juga memberikan pengaruh besar lewat kata-kata penuh semangat saat tim menghadapi tekanan.
“Saat dia bilang kami harus ‘makan ko…an’ (dalam konferensi pers), itu memotivasi kami semua. Dia benar. Saat keadaan buruk, kamu harus tetap bertarung,”
Terkait laga Inter Milan vs Fluminense di babak 16 Besar Club World Cup, Sucic optimistis:
“Kami tahu kualitas kami. Kami mulai dari nol, sama seperti mereka. Tinggal bagaimana memberikan segalanya selama 90 menit,”
Menariknya, Sucic juga menyinggung kemungkinan menghadapi Luka Modric dalam derby Kroasia jika sang maestro bergabung ke Milan.
“Biarkan dia tanda tangan dulu. Baru setelah itu saya akan hubungi. Saya sudah 10 tahun menyaksikan dia bermain. Bisa menantangnya akan jadi mimpi,”
Inspirasi dari Legenda, Tapi Ingin Jadi Diri Sendiri
Sucic tumbuh tanpa terlalu mengidolakan satu pemain tertentu. Ia lebih banyak belajar dari berbagai maestro lini tengah, namun tidak ingin jadi tiruan siapa pun.
“Saya suka permainan Arsenal saat itu. Saya belajar dari Modric, Iniesta, Xavi, Busquets. Tapi saya tidak mau meniru siapa pun. Saya ingin dikenal sebagai diri saya sendiri.”
Leave a Reply