
Setelah awal musim yang sempat goyah, Cristian Chivu kini mulai menegaskan identitas barunya di Inter Milan.
Dua kekalahan awal melawan Udinese dan Juventus menjadi titik balik. Dari situ, sang pelatih muda melakukan revolusi halus, sebuah pendekatan cerdas yang kini mulai menunjukkan hasil nyata.
Menurut laporan La Gazzetta dello Sport, perubahan terbesar yang diperkenalkan Chivu bukanlah taktik di lapangan, melainkan sistem internal yang mengguncang rutinitas pemain.
Jika dulu skuad utama Inter bisa ditebak bahkan sebelum konferensi pers, kini tidak ada yang pasti.
“Bahkan Lautaro dan rekan-rekannya tidak tahu apakah mereka akan menjadi starter atau tidak sampai tiga jam sebelum kickoff,” tulis Gazzetta dello Sport.
Langkah ini, tampaknya, dirancang untuk menjaga fokus dan kompetisi internal tetap tinggi.
Dengan cara ini, Chivu memastikan setiap pemain tetap lapar, siap, dan termotivasi, tanpa ada yang merasa posisi mereka aman.
Rotasi Tanpa Pola: Semua Punya Kesempatan
Namun kejutan terbesar bukan hanya soal line-up yang dirahasiakan. Chivu juga mengubah cara pandang terhadap pergantian pemain dan rotasi.
Tidak ada lagi “pergantian karena kebiasaan”. Pemain yang mendapatkan kartu kuning tidak selalu otomatis diganti. Keputusan Chivu kini sepenuhnya berdasarkan dinamika pertandingan dan performa individu saat itu.
Sebagai contoh, Federico Dimarco sempat mengungkap bahwa dirinya merasa bisa memberikan kontribusi lebih jika bermain 90 menit penuh. Chivu menjawab dengan tindakan: ia memberi kepercayaan penuh saat dibutuhkan, tanpa sekadar mengikuti pola lama.
Dampak di Ruang Ganti
Pendekatan baru ini tentu tidak selalu mudah diterima. Beberapa pemain mungkin sempat merasa kecewa ketika diganti lebih cepat, seperti Denzel Dumfries saat melawan Cremonese.
Namun bagi Chivu, itu bagian dari proses menjaga keharmonisan dan rasa kompetisi dalam skuad.
“Lebih baik ada sedikit kekecewaan daripada kehilangan motivasi,” begitu kira-kira filosofi sang pelatih asal Rumania itu.
Dengan jadwal padat di berbagai kompetisi, Chivu ingin setiap pemain merasa penting dan terlibat penuh. Tidak ada hierarki yang kaku, yang ada adalah meritokrasi: siapa yang siap, dia yang bermain.
Revolusi Mental, Bukan Sekadar Taktik
Yang dilakukan Chivu bukan sekadar mengganti sistem permainan, melainkan membangun mentalitas baru di ruang ganti Inter Milan.
Kedisiplinan, fokus, dan rasa tanggung jawab menjadi inti pendekatan barunya. Dengan begitu, Inter kini tampil lebih cair, adaptif, dan berbahaya.
Hasilnya? Setelah awal yang sulit, Nerazzurri kembali ke jalur kemenangan. Semangat kompetisi internal semakin tinggi, dan para pemain muda seperti Petar Sucic maupun Pio Esposito mulai berani tampil dengan percaya diri.
Leave a Reply