Pelatih legendaris asal Spanyol, Rafael Benitez menjadi sorotan setelah tampil di Festival dello Sport di Trento, Italia.
Dalam kesempatan itu, ia membuka lembaran di masa lalu dari kariernya di Serie A, mulai dari pengalaman singkat tapi intens bersama Inter Milan, masa sukses di Napoli, hingga peluang yang nyaris membawanya ke Juventus.
“Di Inter Saya Menang Tanpa Pembelian Baru”
Benitez tak segan menegaskan pencapaiannya saat menukangi Inter Milan pada musim 2010/11, tidak lama setelah era kejayaan José Mourinho yang berakhir dengan treble bersejarah.
“Di Inter saya memenangkan dua trofi, tetapi saya tidak menyukai cara saya disingkirkan,” ujar Benitez dengan nada tegas.
“Saya memiliki 15 pemain berusia di atas 30 tahun yang sudah memenangkan segalanya. Namun kami tidak membeli siapa pun, dan bahkan Moratti kemudian mengakui bahwa itu adalah kesalahan,”
Meski masa kepemimpinannya di Giuseppe Meazza hanya bertahan beberapa bulan, Benitez sempat menghadirkan dua gelar, yakni Piala Super Italia dan Piala Dunia Antarklub FIFA, dengan skuad yang kelelahan dan tanpa tambahan tenaga baru.
Namun, ketegangan internal dan perbedaan visi soal pembaruan skuad membuat hubungan dengan manajemen memburuk, hingga akhirnya pelatih asal Spanyol itu harus angkat kaki lebih cepat dari yang direncanakan.
Napoli dan Perubahan Mentalitas Kemenangan
Setelah episode Inter, Benitez menulis bab baru dalam sejarahnya di Italia dengan bergabung bersama Napoli (2013–2015). Di bawah arahannya, klub asal Italia Selatan itu berkembang pesat dan mulai berpikir seperti tim besar.
“Napoli itu pengalaman yang luar biasa sejak hari pertama,” kenangnya.
“Kami berhasil mengubah mentalitas tim, membuat mereka percaya bahwa mereka bisa bersaing untuk juara. Saya tidak suka tim yang puas hanya karena berada di papan tengah. Saya selalu bermain untuk menang.”
Selama dua musim di Naples, Benitez mempersembahkan Coppa Italia dan Supercoppa Italiana, sekaligus membentuk fondasi mental juara yang kemudian diteruskan oleh pelatih-pelatih berikutnya.
Kontak Rahasia dengan Juventus
Salah satu pengakuan paling menarik datang ketika Benitez mengungkapkan bahwa ia nyaris melatih Juventus pada 2010, sebelum akhirnya memilih Inter.
“Pada tahun 2010, saya bisa saja bergabung dengan Juventus,” kata Benitez.
“Saat itu saya masih di Liverpool dan ada beberapa kontak. Saya tertarik, tapi akhirnya tidak terjadi, dan saya lebih memilih tidak mengungkap alasannya.”
Pernyataan ini menegaskan betapa Italia memiliki tempat khusus di hati Benitez, bukan hanya karena trofi yang ia menangkan, tapi juga karena peluang dan tantangan besar yang ia hadapi di sana.

Leave a Reply