
Henrikh Mkhitaryan, meski sudah berusia 36 tahun mampu menjadi penggerak lini tengah Inter Milan, dan bahkan menjadi simbol kedewasaan, ketenangan, dan ketangguhan hidup.
Di tengah tekanan menuju laga semifinal Liga Champions melawan Barcelona, sang gelandang veteran berbicara dengan penuh ketulusan tentang arti momen ini dalam hidupnya dan mengungkapkan rasa syukurnya bisa berseragam Inter Milan.
Bahagia di Inter Milan
Dalam konferensi pers jelang duel leg pertama Semifinal Liga Champions 2024-25 kontra Barca, Mkhitaryan membuka dirinya, bukan sekadar sebagai pemain, tapi sebagai manusia yang telah melalui perjalanan panjang penuh gejolak, kehilangan sang ayah, dan kemenangan kecil yang membentuk jiwanya.
“Saya telah bermain di banyak negara, menghadapi masa-masa sulit dalam hidup saya. Tapi saya bahagia berada di tempat saya sekarang,” ujar mantan pemain Manchester United itu dengan suara mantap, yang dikutip dari FCInterNews.
Warisan Tak Terucapkan dari Sang Ayah
Salah satu momen paling menyentuh dalam pernyataan Mkhitaryan adalah ketika ia mengenang ayahnya, Hamlet Mkhitaryan, mantan striker timnas Armenia yang wafat karena tumor otak di usia 33 tahun, usia yang sama saat Henrikh bergabung dengan Inter.
“Saya kehilangan ayah saya di usia muda. Tapi pengalaman, waktu yang berlalu, dan masalah yang saya hadapi mengajarkan saya banyak hal,” kenangnya.
“Saya belajar bahwa hidup tidak berhenti. Selalu ada tantangan baru, dan yang penting adalah bagaimana kita mencari solusi,”
Menemukan Arti Kebahagiaan dalam Hal Sederhana
Bagi Mkhitaryan, kebahagiaan bukan lagi soal trofi atau ketenaran. Kini, setiap pagi adalah berkah, setiap pertandingan adalah kesempatan suci.
“Saya bangun setiap hari dan berpikir: ini adalah kesempatan luar biasa untuk bermain sepak bola,” katanya dengan senyum yang seolah menyiratkan rasa syukur mendalam.
“Saya belajar bahwa lebih baik untuk selalu tersenyum, bahagia, dan berpikiran positif,”
Lebih dari Sekadar Pemain: Mkhitaryan sebagai Teladan
Ketika banyak pemain menua dan kehilangan gairah, Mkhitaryan justru menua dengan keanggunan. Ia tidak mencari pujian, tidak mengejar sorotan, tetapi memancarkan ketulusan yang sulit ditemukan di panggung sebesar Liga Champions.
“Saya adalah orang paling bahagia di dunia ini, karena saya masih bisa melakukan apa yang saya cintai sejak kecil. Itulah kebahagiaan saya.” Tutupnya.
Leave a Reply