
Gelandang veteran Inter Milan, Henrikh Mkhitaryan menunjukkan kedewasaan dan sikap profesionalnya.
Dalam wawancara bersama La Gazzetta dello Sport, gelandang asal Armenia itu berbicara jujur tentang perannya yang berkurang di Inter Milan musim ini.
Di usianya yang hampir menyentuh 37 tahun, Mkhitaryan mengaku memahami keputusan pelatih Cristian Chivu yang mulai memberi kepercayaan lebih kepada pemain muda seperti Luka Sucic.
Tanpa sedikit pun nada kecewa, mantan bintang Manchester United dan Arsenal itu justru memuji langkah klub yang berani melakukan regenerasi demi masa depan Nerazzurri.
Wajar Jika Inter Mulai Percaya Pemain Muda
“Bagi saya, tidak ada yang berubah. Saya tidak mengukur komitmen berdasarkan menit bermain. Saya terus bekerja dan berjuang hingga akhir, baik di latihan maupun pertandingan. Saya tahu tidak bermain seintens dulu, dan saya juga menyadari, pada usia hampir 37 tahun, wajar bila klub memberi ruang bagi para pemain muda yang menjadi masa depan Inter.”
Salah satu pemain muda yang kini sering menempati posisinya adalah Petar Sucic, sosok yang mulai mencuri perhatian Chivu di lini tengah.
“Saya sangat senang untuk Sucic. Dia serius seperti saya. Dia pemain hebat, punya kualitas, kepribadian, dan masa depan yang cerah di Inter. Ia bukan ‘Mkhitaryan baru’, karena Sucic adalah dirinya sendiri. Dia serius, rajin belajar, bahkan berusaha berbicara bahasa Italia agar bisa lebih menyatu. Sebagai gelandang modern, dia komplet: teknik bagus, kuat secara fisik, dan punya etos kerja luar biasa,”
Adaptasi dan Mental Juara: “Perubahan Itu Justru Sehat”
Dalam setiap perubahan pelatih, Mkhitaryan melihat kesempatan untuk berkembang, bukan tantangan yang menakutkan.
“Keluar dari zona nyaman tidak sulit jika kamu percaya bahwa perubahan membawa kebaikan. Jika ingin menang, kamu harus cepat beradaptasi, menerima keputusan, dan tidak mengeluh. Kalau tidak, kamu justru merusak keseimbangan tim,”
Ia juga menegaskan bahwa di Inter saat ini, tidak ada pemain yang bersikap egois atau menolak rotasi:
“Semua di tim ini terbuka terhadap perubahan. Saya sudah bekerja dengan banyak pelatih sepanjang karier, masing-masing dengan filosofi berbeda. Dan saya tahu, baik dalam sepak bola maupun kehidupan, yang menang adalah mereka yang berani menyesuaikan diri.”
Leave a Reply