Masalah Utama Inter: Melempem di Laga Big Match dan Drama Menit Akhir

Dalam Dua laga terakhir melawan Hellas Verona di Serie A dan Kairat di Liga Champions, Inter Milan menunjukkan pola yang terasa familiar seperti musim-musim sebelumnya, yakni keunggulan yang nyaris lepas, konsentrasi yang menurun di menit akhir, dan rasa percaya diri yang berubah menjadi merasa lebih superior dari tim lain.

Semua ini mengingatkan pada kekurangan yang telah berulang kali merugikan Nerazzurri dalam beberapa musim terakhir.

Deja Vu yang Menyakitkan: Inter dan “Kutukan Akhir Laga”

Menurut La Gazzetta dello Sport, pola ini bukan hal baru bagi Inter. Dari gol-gol telat, hingga sikap terlalu percaya diri saat unggul, semua sudah terjadi sebelumnya.

Dua Scudetto sempat lepas karena detail-detail kecil seperti ini

Dalam dua kemenangan terakhir lawan Verona dan Kairat, Inter seolah menang “beruntung”.

Chivu sendiri dikabarkan marah besar usai laga Liga Champions melawan wakil Kazakhstan tersebut, bukan karena hasil, tapi karena sikap tim yang terlalu santai dan kehilangan intensitas setelah unggul.

Tantangan Chivu: Menghapus Pola Lama dan Menemukan Keseimbangan

Cristian Chivu kini menghadapi tantangan besar: bukan sekadar menjaga performa tim, tapi juga membenahi DNA mentalitas di ruang ganti.

“Inter harus bekerja keras memperbaiki kelemahan mendasar mereka, agar tidak kembali tersendat ketika memasuki momen krusial musim ini,” tulis Gazzetta.

Dalam bahasa sederhana: jika Inter ingin tetap menjadi kekuatan dominan di Italia dan Eropa, mereka harus belajar menjaga fokus hingga peluit akhir.

Pendekatan yang lembek seperti saat melawan Kairat menunjukkan masih adanya celah dalam pendekatan pertandingan.

Chivu perlu menanamkan kembali rasa lapar, agresivitas, dan determinasi yang sempat jadi identitas Inter era Inzaghi dan Conte.

Skenario Sial di Laga Big Match: Luka Lama yang Belum Sembuh

Kekalahan dari Juventus dan Napoli beberapa waktu lalu membuka luka lainnya, di mana performa Inter di laga besar masih belum konsisten.

Statistiknya jelas. Musim lalu, Nerazzurri hanya meraih 12 poin dari 24 kemungkinan dalam delapan laga melawan tim lima besar Serie A. Sebagai perbandingan, Inter di musim bintang kedua mencatat 20 poin dari 24.

Artinya, Inter masih belum menemukan cara untuk mendominasi pertandingan besar, sesuatu yang sering jadi pembeda antara juara sejati dan pesaing abadi.

Data yang Mengkhawatirkan: Gol di Menit Akhir

Gol dari Khephren Thuram dan Adzic di Allianz Stadium membangkitkan kembali ingatan akan 15 menit terakhir yang tragis musim lalu, saat pertahanan Inter kebobolan dan menyia-nyiakan banyak poin.

Pada musim lalu, dari total 35 gol yang bersarang ke gawang Inter, 12 di antaranya terjadi dalam 15 menit terakhir, sepertiga dari keseluruhan. Yang terakhir, penalti Pedro pada menit ke-90 di San Siro, bahkan memberikan gelar Scudetto kepada Conte.”

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*