Inter Milan kembali menunjukkan kekuatan mental dan taktik mereka. Kemenangan tipis 1-0 atas AS Roma bukan hanya memperpanjang rekor menjadi enam kemenangan beruntun, tetapi juga menegaskan transformasi nyata dalam filosofi permainan Cristian Chivu.
Di bawah arahannya, Nerazzurri kini bukan hanya soal kecepatan dan pressing tinggi, tapi juga soal resiliensi dan pemahaman momen.
Vertikalitas: Ciri Baru Inter di Era Chivu
“Verticalità” menjadi kata kunci dari sepak bola versi Chivu. Gol kemenangan dari Bonny (kontra Roma) lahir dari skema ini: umpan vertikal luar biasa dari Nicolò Barella, yang kini benar-benar kembali ke performa terbaiknya.
Alih-alih memainkan bola ke sisi atau mengembalikannya ke belakang, Barella berani menembus garis pertahanan Roma yang tinggi.
Bonny menyambutnya dengan tajam, memanfaatkan ruang dan menuntaskan peluang dengan dingin.
Menurut laporan La Gazzetta dello Sport, Inter Milan kini membangun serangan lebih tinggi. Barisan mereka naik sekitar delapan meter lebih tinggi dibanding musim lalu, membuat pressing dan transisi jadi lebih efektif.
Hasilnya? Inter Milan terlihat lebih agresif, cepat dalam membangun serangan, dan mampu menekan lawan di area berbahaya.
Dua Pemain yang “Lahir Kembali”: Barella dan Dimarco
Transformasi Inter bukan hanya soal taktik, tetapi juga soal pemain yang terlahir kembali di bawah Chivu.
Nicolò Barella, misalnya, tampil dominan melawan Roma. Ia mencatat:
- 7 tekel sukses,
- 4 kali merebut bola liar,
- 31 umpan akurat dari 52 sentuhan.
Ia juga menambah satu assist, yang kedua di Serie A musim ini. Lebih dari itu, Barella kini bermain dengan kepercayaan diri dan energi baru.
“Kami selalu kuat, hanya perlu menemukan diri kami kembali. Tak ada yang lebih baik dari Chivu untuk kebangkitan ini,” ujar Barella setelah laga.
Sementara itu, Federico Dimarco juga menunjukkan kematangan baru. Setelah sempat berselisih halus dengan Simone Inzaghi musim lalu karena sering diganti di menit ke-60, kini ia jadi bagian penting sistem Chivu.
Dalam 9 laga di semua kompetisi, Dimarco mencatat 2 gol dan 3 assist, serta menyelesaikan lebih banyak menit bermain dibanding musim sebelumnya.
Ketenangannya dalam bertahan dan tajamnya umpan silang menjadi senjata andalan di sisi kiri Inter.
Solid di Belakang: Sommer, Akanji, dan Ketahanan Kolektif
Awal musim sempat memunculkan keraguan ketika Inter kebobolan enam gol dalam tiga laga pertama.
Namun, setelah itu, pertahanan Chivu menjadi tembok kokoh: enam kemenangan beruntun dan hanya dua gol bersarang.
Kiper Yann Sommer kembali tampil menentukan, sementara Manuel Akanji benar-benar mencuri perhatian.
“Akanji bermain seolah sudah tiga tahun di Inter,” tulis La Gazzetta dello Sport.
Ketenangannya dalam membaca serangan dan kemampuan membangun dari belakang membuat lini belakang Inter terasa stabil dan percaya diri.
Filosofi yang Menyatu
Selepas peluit panjang di Olimpico, pelukan hangat Chivu kepada seluruh skuad jadi simbol dari semangat baru ini. Sebuah momen yang mencerminkan tim yang bukan hanya bermain bersama, tapi berjuang bersama.
Inter kini tak hanya memukau dengan pressing dan transisi cepat, tetapi juga dengan ketahanan, kedewasaan, dan kesatuan visi, fondasi sejati dari tim juara.
“Resiliensi kami terlihat di setiap pertandingan,” tulis La Gazzetta dello Sport.
Dan itu kini menjadi identitas baru Inter Milan versi Cristian Chivu.

Leave a Reply