Mantan kiper Inter Milan, Filip Stankovic, yang kini bersinar bersama Venezia masih menunjukkan kecintaannya pada Nerazzurri.
Dalam sesi wawancaranya bersama GianlucaDiMarzio.com, Stankovic berbicara penuh emosi tentang arti keluarga, kecintaannya pada Inter, perjalanan kariernya, serta mimpi besar yang ingin ia wujudkan suatu hari nanti.
Venezia mempermanenkan Filip Stankovic dari Inter Milan pada musim panas lalu usai menjalani masa pinjaman di musim 2024-25.
Inter Milan sendiri mempertahankan klausa penjualan kembali atau sell-on clause, memastikan mereka mendapat bagian dari penjualan di masa depan jika Stankovic bersinar dan dijual ke klub lain.
Keluarga Stankovic: Fondasi Mental Juara
Filip menggambarkan bahwa keluarga adalah sekolah kehidupan paling berharga baginya:
“Keluarga adalah segalanya bagi saya. Keluarga memungkinkan saya menjadi diri saya sendiri. Saya punya ikatan unik dengan saudara-saudara saya. Kami bertarung dalam segala hal: sepak bola, basket, tenis… dan seringnya mereka menang, terutama saat ayah mulai serius,”
Dari sang ayah, legenda Inter, Filip mempelajari nilai-nilai yang membentuk mental seorang profesional:
“Saya belajar banyak darinya. Saya belajar menghargai arti kerja keras dan usaha. Saya memahami pentingnya pengorbanan dan dedikasi setiap hari. Saya beruntung memilikinya sebagai ayah,”
Inter Milan: Rumah Kedua yang Membesarkannya
Filip bercerita bahwa Inter bukan hanya klub, tetapi bagian dari darah keluarganya:
“Bagi saya, Inter adalah rumah. Saya masuk ke sana ketika masih anak kecil. Saya tidak akan melupakan momen-momen indah bersama mereka,”
Filip mengungkapkan beberapa kenangan di Inter yang ia simpan dengan penuh cinta.
“Seperti saat-saat ketika ia membuka pintu kamar kami dan berkata: ‘Hari ini kalian tidak pergi sekolah, ayo ikut ke Pinetina.’ Itu adalah pagi-pagi terindah. Inter telah menang, dan kami akan pergi ke sana, berada di tengah-tengah rekan-rekan setim ayah. Saya memakai sarung tangan Julio Cesar dan siap berangkat. Saya dan saudara-saudaraku berdiri di sana, mengagumi mereka. Begitu banyak kenangan… Operan-operan bersama Ibra dan Milito, kata-kata dari Maicon, sebuah pertandingan kecil di antara kami di bawah hujan dengan Mourinho bersandar pada bangku, mengamati kami. Atau nasihat dan makan malam bersama Julio. Potongan-potongan kenangan yang kusimpan dengan penuh hati. Inter akan selalu menjadi rumahku,”
Meninggalkan Kenyamanan: Volendam dan Sampdoria, Sekolah Kehidupan
Seperti banyak pemain muda, ia harus keluar dari zona nyaman.
“Kita tahu, cepat atau lambat rumah harus ditinggalkan, dan kita harus mencoba berjalan sendiri. Bagi saya, pengalaman di Volendam, Belanda, adalah hal itu. Satu tahun yang membuat saya menjadi seorang pria. Pertama kalinya bermain di level senior, pertama kalinya jauh dari Inter dan keluarga, pertama kalinya sendirian. Saya berhenti berpikir seperti seorang anak, saya harus menjadi dewasa,”
Venezia: Kota yang Tidak Menghakiminya Karena Nama Belakangnya
Venezia bukan sekadar klub. Ini adalah pelukan hangat:
“Venezia menerima saya tanpa melihat nama keluarga saya. Saya menemukan ketenangan, kedewasaan, dan kepercayaan diri baru,”
Di Venezia, ia melakoni debut di Serie A,m enghadapi klub masa kecilnya di San Siro, dan momen paling emosional: menepis penalti Romelu Lukaku
“Bersama Venezia saya mewujudkan mimpi bermain di Serie A dan bermain melawan Inter-ku di San Siro. Stadion yang selalu kudatangi sejak usia dua tahun untuk melihat ayah bermain. Klub yang memberiku kesempatan untuk memulai perjalanan ini. Rumah tempat saya tumbuh. Dan bersama Venezia Saya juga merasakan emosi ketika menahan penalti Lukaku, saya masih ingat teriakanku saat itu. Hanya saya dan dia. saya berhasil menghentikannya. saya melakukannya untuk timku,”
Mimpi Besar: Menang Liga Champions Bersama Kakak dan Ayah
Pada akhirnya, Filip menutup dengan mimpi yang sangat menyentuh:
“Saya ingin memenangkan Liga Champions dengan kakak saya Aleksandar, dan ayah saya di bangku pelatih.”
Sebuah mimpi yang romantis, emosional, dan sangat Stankovic.

Leave a Reply