Laga melawan Napoli kembali membuka luka lama di tubuh Inter Milan. Kekalahan di Stadio Diego Armando Maradona memperlihatkan satu hal yang kian jelas, pertahanan Nerazzurri mulai kehilangan soliditasnya, terutama saat tim bermain dengan garis tinggi.
Masalah ini bukan hal baru. Sejak awal musim, Cristian Chivu mencoba menerapkan pressing tinggi dan dominasi penguasaan bola, tetapi pendekatan itu membuat para bek tengah semakin terekspos terhadap serangan balik cepat.
Napoli memanfaatkan celah tersebut dengan efektif, menciptakan beberapa peluang berbahaya yang berujung pada kekalahan Inter.
Krisis Ketahanan dan Faktor Usia di Jantung Pertahanan
Menurut laporan La Gazzetta dello Sport, Stefan de Vrij dan Francesco Acerbi menjadi sorotan utama setelah penampilan yang kurang meyakinkan dalam dua laga terakhir.
De Vrij, yang kini berusia 33 tahun, tampak kesulitan menghadapi kecepatan penyerang muda lawan dan bahkan diganti di babak pertama saat melawan Saint-Gilloise karena performa yang menurun.
Acerbi pun tak luput dari kritik. Pemain berusia 37 tahun itu melakukan beberapa kesalahan krusial, termasuk kehilangan fokus saat mengawal Anguissa dalam gol ketiga Napoli.
Keduanya akan habis kontrak pada akhir musim ini, dan fakta tersebut memperkuat kebutuhan Inter Milan untuk segera melakukan regenerasi di lini pertahanan.
Klub membutuhkan bek yang tak hanya berpengalaman, tetapi juga punya kecepatan dan ketahanan fisik untuk bermain dalam sistem garis pertahanan tinggi ala Chivu.
Kesalahan Transfer Musim Panas dan Efek Domino
Masalah ini sebetulnya bisa diantisipasi. Pada bursa transfer musim panas lalu, Giuseppe Marotta dan Piero Ausilio hampir merekrut Manu Koné dari Roma, gelandang tengah tangguh yang memiliki atribut fisik dan taktis ideal untuk menopang struktur bertahan tim.
Namun, transfer itu batal karena perubahan keputusan di pihak Roma dan keluarga Friedkin, yang saat itu ikut terlibat dalam negosiasi.
Akibatnya, Inter Milan kehilangan elemen penting yang bisa membantu menutup ruang di depan bek tengah, sesuatu yang kini mulai terasa dampaknya.
Dua Solusi Internal: Bisseck dan Akanji
Chivu sadar bahwa ia tidak bisa menunggu bursa transfer berikutnya tanpa beradaptasi. Oleh karena itu, Inter mulai mengevaluasi dua solusi internal.
Yang pertama adalah Yann Bisseck, yang sudah beberapa kali tampil di Liga Champions. Ia memiliki postur tinggi, kemampuan duel udara yang baik, dan potensi besar untuk menjadi pemimpin di jantung pertahanan.
Alternatif lainnya adalah memindahkan Manuel Akanji ke posisi tengah pertahanan, memberikan dinamika baru dengan kecepatan dan kemampuan membangun serangan dari belakang.
Namun, solusi jangka panjang tetap harus datang dari pasar transfer, terutama karena Inter juga perlu mempertimbangkan masa depan posisi kiper.
Sommer Tidak Cukup untuk Jangka Panjang
Yann Sommer, meski masih tampil solid dan berpengalaman, tidak bisa dipandang sebagai solusi jangka panjang.
Kontraknya juga akan berakhir dalam waktu dekat, dan di usia 36 tahun, Inter Milan harus mulai mempersiapkan suksesor di bawah mistar.
Manajemen menilai bahwa “upgrade” tidak hanya diperlukan di lini belakang, tetapi juga pada penjaga gawang.
Seorang kiper muda dengan kemampuan distribusi dan refleks cepat menjadi target utama untuk memperkuat fondasi defensif klub.

Leave a Reply