Pelatih Inter Milan, Cristian Chivu, mengungkapkan kunci kemenangan timnya atas AS Roma di Stadio Olimpico dalam laga pekan ke-7 Serie A 2025-26, Minggu (19/10/2025) dini hari WIB.
Menurut sang pelatih, Inter Milan berhasil menyeimbangkan permainan antara tekanan tinggi (high press) dan kedisiplinan membaca momen pertandingan, sesuatu yang menjadi identitas baru Nerazzurri di bawah arahannya.
Kemenangan 1-0 berkat gol cepat Ange-Yoan Bonny membawa Inter menyamai perolehan poin Napoli dan Roma di puncak klasemen Serie A, sekaligus mencatatkan enam kemenangan beruntun di semua kompetisi.
Chivu: “Kami Belajar dari Musim Lalu dan Kini Lebih Dewasa”
Dalam wawancara bersama Sky Sport Italia, Chivu menegaskan bahwa performa solid timnya adalah hasil dari kematangan mental dan kerja keras setelah musim lalu yang mengecewakan.
“Para pemain pantas mendapat semua pujian. Mereka meninggalkan kekecewaan musim lalu, bangkit, dan menunjukkan bahwa mereka siap bersaing di setiap kompetisi,” ujar Chivu dengan bangga.
“Saya bangga dengan cara mereka bekerja dan mempersiapkan diri secara mental. Mereka tahu bagaimana bertahan dalam situasi sulit, tetap rendah hati, dan menantang diri sendiri untuk menjadi lebih baik setiap pekan,”
Chivu juga menyoroti sulitnya menghadapi Roma di Olimpico, terutama setelah jeda internasional di mana sebagian besar pemainnya baru kembali dari tugas tim nasional.
“Setelah jeda internasional, selalu sulit karena banyak pemain baru kembali dari perjalanan jauh. Kami hanya punya satu sesi latihan penuh sebelum pertandingan ini. Roma adalah tim kuat, dan bermain di stadion ini dengan dukungan fans mereka tidak pernah mudah,”
Strategi Baru Inter: High Press dan Kecerdasan Taktis
Sejak mengambil alih kursi pelatih dari Simone Inzaghi, Chivu membawa nuansa baru dalam taktik Inter Milan.
Salah satu perubahan paling mencolok adalah penerapan high pressing system, di mana para pemain menekan lebih tinggi sejak awal laga untuk merebut bola di area lawan.
Namun, Chivu menegaskan bahwa pressing tinggi tak selalu bisa dilakukan sepanjang laga — dan di sinilah kecerdasan taktis tim menjadi kunci.
“Kami mencoba melakukan pressing tinggi, tapi itu tidak selalu mudah. Roma punya pemain sayap yang bisa membuka ruang di antara lini dan menciptakan peluang untuk Dybala,” jelas Chivu.
“Di babak pertama kami melakukan itu dengan baik, tapi setelah jeda intensitas menurun, jadi kami harus lebih dalam bertahan dan memanfaatkan serangan balik. Yang terpenting, para pemain tahu kapan harus menekan dan kapan harus menunggu. Mereka mengerti momen pertandingan.”
Strategi fleksibel ini menjadi pembeda utama antara Inter era Chivu dan Inzaghi. Jika di bawah Inzaghi Inter dikenal dengan blok pertahanan menengah yang rapi, maka di bawah Chivu, Nerazzurri bermain lebih agresif, dinamis, namun tetap disiplin.
Bonny dan Sommer Jadi Penentu
Gol kemenangan Inter dicetak oleh Ange-Yoan Bonny, yang memanfaatkan umpan terobosan Nicolò Barella dengan kecepatan luar biasa untuk menembus garis tinggi pertahanan Roma.
VAR sempat memeriksa posisinya, namun gol disahkan, menjadi pembuktian bagi striker muda asal Prancis tersebut.
Sementara itu, Yann Sommer kembali tampil gemilang di bawah mistar dengan tiga penyelamatan krusial dari upaya Dybala dan Bryan Cristante.
Kiper veteran asal Swiss itu menjadi alasan utama mengapa Inter mampu mempertahankan keunggulan hingga akhir.

Leave a Reply