
Inter Milan memasuki babak baru di bawah kendali Cristian Chivu, yang resmi menggantikan Simone Inzaghi sebagai pelatih kepala.
Menurut laporan Gazzetta dello Sport yang dikutip FCInterNews, Chivu berambisi untuk mengubah gaya permaneinan Nerazzurri menjadi tim yang jauh lebih sulit ditebak oleh lawan.
Langkah ini menandai perubahan penting setelah era Simone Inzaghi, yang meski sukses secara hasil, dikenal dengan pendekatan taktik yang kaku, nyaris tak pernah lepas dari formasi 3-5-2 andalannya.
Ketidakfleksibelan tersebut membuat Inter Milan kerap bisa “dibaca” oleh lawan, terutama dalam pertandingan-pertandingan krusial.
Namun kini, Chivu datang dengan visi segar, yakni menciptakan Inter Milan yang lebih dinamis, agresif, dan adaptif.
Formasi Baru: Dari 3-5-2 ke 3-4-2-1
Perubahan paling mencolok yang akan segera terlihat adalah dari sisi formasi. Chivu dilaporkan akan meninggalkan skema lama 3-5-2 dan menggantinya dengan formasi 3-4-2-1 yang lebih cair secara ofensif.
Dalam formasi ini, dua gelandang serang di belakang striker utama akan diberi kebebasan bergerak, menciptakan variasi serangan yang lebih luas dan sulit ditebak.
Langkah ini menunjukkan keinginan Chivu untuk menjadikan Inter lebih “vertikal”, yaitu lebih cepat dalam membangun serangan langsung ke jantung pertahanan lawan.
Target Transfer: Ademola Lookman, Kunci Kecepatan dan Ketajaman
Untuk mendukung perubahan taktik ini, manajemen Inter Milan sedang bekerja keras mengamankan jasa winger cepat milik Atalanta, Ademola Lookman.
Pemain asal Nigeria itu diyakini sebagai sosok ideal untuk menambah dimensi kecepatan dan ketajaman di lini depan.
Lookman akan memberikan opsi eksplosif di sayap, serta fleksibilitas bagi Chivu dalam menerapkan variasi serangan, termasuk pressing tinggi dan transisi cepat dari bertahan ke menyerang.
Gaya Bermain Baru: Tekanan Tinggi dan Agresivitas Tanpa Bola
Chivu juga ingin merevolusi pendekatan taktik Inter Milan saat tidak menguasai bola. Di bawah kepemimpinannya, Nerazzurri akan menerapkan tekanan tinggi (high pressing) sejak di area lawan, mirip dengan gaya bermain tim-tim besar Eropa seperti Manchester City.
Filosofi ini tidak hanya bertujuan merebut bola lebih cepat, tapi juga menciptakan peluang dari kesalahan lawan.
Leave a Reply