 
Pelatih Inter Milan, Cristian Chivu, mengakui bahwa timnya kehilangan kendali emosi dan konsentrasi pada momen-momen penting dalam kekalahan 3-1 dari Napoli pada pekan ke-8 Serie A 2025-26 di Stadio Diego Armando Maradona.
Meski sempat tampil dominan di babak pertama dan menciptakan sejumlah peluang berbahaya, Inter Milan justru kolaps di babak kedua, membiarkan tuan rumah memanfaatkan situasi dengan efektif.
Inter Kehilangan Kendali dan Keseimbangan
Dalam wawancaranya dengan DAZN (via FCInterNews), Chivu menyoroti bagaimana timnya sempat bermain baik sebelum kehilangan arah permainan.
“Saya ingin berbicara tentang hal-hal positif yang kami lakukan di babak pertama,” ujar Chivu.
“Kami berada dalam permainan, menjaga keseimbangan, membentur Dua kali tiang, dan bereaksi dengan baik setelah tertinggal,”
Namun segalanya berubah di awal babak kedua ketika Inter Milan mulai bermain terlalu terburu-buru untuk mengejar ketertinggalan.
“Kami kehilangan keseimbangan karena terlalu putus asa untuk segera menyamakan skor,” lanjutnya.
Gol penalti Hakan Calhanoglu sempat membuka harapan Nerazzurri, tetapi justru setelah itu emosi pemain memuncak, terutama akibat adu argumen dengan bangku cadangan Napoli.
“Kami membuang energi dengan berdebat dengan mereka. Dari situ, kami kehilangan kejernihan berpikir. Itu momen ketika kami kalah secara psikologis,” tegas Chivu.
Chivu: “Kami Tak Boleh Kebobolan Semudah Itu”
Selain aspek mental, Chivu juga mengkritik kesalahan bertahan yang membuat Napoli mencetak gol dengan terlalu mudah.
“Pada gol kedua, kami gagal membaca bahaya. Dan gol ketiga adalah konsekuensi dari kehilangan fokus, kami tak boleh kebobolan seperti itu hanya dari lemparan ke dalam,” ujarnya frustrasi.
Pelatih asal Rumania itu menekankan pentingnya membaca situasi permainan lebih baik dan mempertahankan disiplin taktik sepanjang 90 menit, terutama ketika menghadapi tim sebesar Napoli.
Chivu Tetap Bangga dan Percaya Pada Tim
Meski kecewa dengan hasil akhir, Chivu menegaskan bahwa kekalahan ini tidak menggoyahkan keyakinannya terhadap skuad Inter.
“Saya tetap bangga pada para pemain dan bahkan lebih percaya diri setelah pertandingan ini,” ucapnya.
“Kami datang ke sini untuk memainkan gaya kami sendiri, tapi Anda harus menjaga fokus. Setelah jeda, ada sesuatu yang hilang,”
Chivu juga menutup pembicaraan soal insiden panas di pinggir lapangan antara Lautaro Martinez dan Antonio Conte, yang sempat memicu ketegangan di pertengahan babak kedua.
“Saya tidak peduli dengan itu. Saya akan mengatakan kepada pemain untuk tidak membuang energi pada hal-hal seperti itu. Kami harus fokus pada permainan kami dan tujuan yang ingin kami capai.” Tegas sang pelatih.
Analisis: Krisis Mental Lebih dari Sekadar Taktik
Kekalahan dari Napoli memperlihatkan bahwa Inter Milan sedang berjuang bukan hanya secara taktik, tetapi juga secara mental.
Dua kali mengenai tiang dan dominasi di babak pertama seolah tak berarti ketika tim kehilangan kontrol emosi di babak kedua.
Chivu kini menghadapi tantangan besar: mengembalikan ketenangan dan disiplin tim, terutama dalam laga-laga penting yang bisa menentukan arah musim mereka.

Sangat tidak masuk akal.. Inter 4-0 menang di Piala Champions, napoli kalah 6-2 …. Liga italia Inter kalah, 3-1… Di ruang ganti dan di permainan, Inter terlalu lambat panas, terlalu rasa hormat yang tinggi pada team napoli… Seharusnya rasa hormat tinggi hanya di luar permainan, bukan saat bermain, waktu bermain seharusnya Napoli di anggap sebagai team biasa saja, jangan berlebihan, MAKA AKAN BEDA HASILNYA.. RASA RESPECT MENGALAHKAN PERMAINAN, PSIKOLOGIS PEMAIN MENJADI TERGANGGU