Bastoni Ungkap Arti Inter Milan, Puji Pio Esposito, dan Cerita Jujur soal Final Liga Champions”

Bek Inter Milan, Alessandro Bastoni mengulas perjalanan tujuh tahunnya di klub, peran barunya sebagai pemimpin, hingga pandangannya terhadap pemain muda seperti Pio Esposito dan pelatih Cristian Chivu.

Inter adalah Mimpi: Perjalanan dari Anak 20 Tahun Menjadi Pemimpin

Bastoni mengingat jelas momen ketika pertama kali tiba di Milan. Menurutnya, hanya mengenakan celana latihan dan melihat lambang Inter di jersey adalah sesuatu yang hampir tidak bisa ia percayai.

“Saat saya tiba, saya baru berusia 20 tahun dan jelas belum punya kepemimpinan seperti sekarang. Hanya memakai seragam latihan Inter saja sudah terasa seperti mimpi,” ujar Bastoni dalam sesi wawancara eksklusif bersama Rivista 11.

Kini setelah tujuh tahun membela warna Nerazzurri, Bastoni menyadari bahwa ia telah menjadi panutan bagi generasi baru seperti Handanovic, D’Ambrosio, dan Ranocchia yang dulu membimbingnya.

“Hari ini, setelah tujuh tahun, sayalah yang harus menjadi sosok seperti yang dulu Handanovic, D’Ambrosio, dan Ranocchia wakili untuk saya. Sayalah yang harus meneruskan rasa memiliki itu, menjelaskan betapa berartinya Inter bagi kota Milan dan bagi Italia,”

Kekuatan Ruang Ganti Inter

Bek kiri itu menyoroti pentingnya solidaritas di ruang ganti. Ia menyebut Henrikh Mkhitaryan sebagai sosok fundamental dalam keseimbangan permainan tim.

“Mkhitaryan sangat penting. Ia super cerdas dan memahami pergerakan kami. Kami beruntung bisa menunjukkan kepada pemain baru siapa kami dan apa yang kami harapkan dari mereka,”

Pio Esposito: Bakat Besar dengan Kerendahan Hati

Bastoni kemudian memuji Pio Esposito, striker muda yang mulai mencuri perhatian.

“Dia anak yang luar biasa, meski baru 20 tahun. Dengan dunia sosial media dan sorotan besar, mudah sekali kehilangan fokus, tapi dia sangat tenang,”

Bastoni percaya Esposito akan berkembang dengan sendirinya dan menegaskan bahwa tim akan selalu berada di belakangnya.

“Biarkan dia tenang. Waktunya pasti akan tiba,”

Lautaro, Barella, dan Suara Pemimpin

Terkait pemimpin alami di lapangan, Bastoni menyebut dirinya, Nicolò Barella, serta sang kapten, Lautaro Martínez, sebagai sosok yang banyak berbicara.

“Lautaro banyak bicara, Bare dan saya juga banyak bicara,”

“Lautaro adalah kapten kami, pemimpin kami. Tapi dia juga sangat pandai dalam menerima bantuan saat dibutuhkan,”

Hal ini menggambarkan harmoni serta kultur kerja kolektif yang selama ini menjadi kekuatan Inter.

Final Liga Champions: Luka yang Masih Terasa

Bastoni akhirnya menyinggung momen pahit musim lalu, yakni kekalahan telak dari PSG di final Liga Champions.

“Itu aneh. Kami datang dari semifinal yang bersejarah dan mungkin tidak menyadari betapa kuatnya PSG. Mereka bermain dua kali lebih cepat dari kami. Sulit untuk mengatakan apa yang terjadi,”

Ia mengakui bahwa kekecewaan itu berat, namun tetap bangga karena Inter berhasil mencapai dua final dalam tiga tahun, prestasi besar di kancah Eropa.

“Masih ada rasa bangga karena telah mencapai dua final dalam tiga tahun; itu tidak mudah. ​​Jelas, kami lebih suka menjadi juara, tetapi itu semua adalah pengalaman yang kami bawa,”

Bangkit dari Kekecewaan

Menurutnya, sepak bola selalu memberi kesempatan baru.

“Kami tidak tidur beberapa malam karena kecewa, tapi seiring waktu berlalu, Anda akan berkata: ‘Saya ingin mencoba lagi,”

Chivu: Energi Baru di Pinggir Lapangan

Bastoni juga memuji pendekatan Cristian Chivu, pelatih yang kini menangani Inter.

“Chivu punya pendekatan yang sangat baik. Kami pernah bertemu saat ia melatih Primavera dan saat Piala Dunia Antarklub. Chivu orang yang sangat baik, punya keinginan besar untuk bekerja,”

Menurut Bastoni, Chivu mampu masuk ke dalam dinamika tim dengan cara yang tepat, menciptakan rasa nyaman dan kepercayaan sejak awal.

“Ia menyampaikan berbagai hal kepada kami dengan cara yang tepat. Saya rasa ia sangat paham bagaimana cara menyesuaikan diri dengan tim. Kami rukun.”

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*