 
Legenda Inter Milan, Beppe Bergomi melontarkan komentarnya yang tajam namun penuh apresiasi terhadap Cristian Chivu, pelatih Inter Milan.
Dalam program Sky Calcio Club, Bergomi menyoroti dua hal besar dari laga panas Napoli vs Inter Milan di Stadio Diego Armando Maradona, yaitu keputusan wasit yang kontroversial dan sikap luar biasa dari Chivu.
“Raksasa Itu Chivu, Bukan Conte”
Menurut Bergomi, cara Chivu menangani situasi pascalaga jauh lebih elegan dibandingkan banyak pelatih top lainnya, termasuk Antonio Conte.
“Raksasa dalam komunikasi itu adalah Chivu, bukan Conte,” ujar Bergomi, seperti dilansir FCInter1908. “Sebelum pertandingan, dia memuji orang yang datang sebelum dirinya (Inzaghi), dan setelah pertandingan dia tidak mencari-cari alasan. Dengan sopan santun luar biasa, dia tidak bersembunyi di balik alibi. Itu luar biasa,”
Bergomi menilai bahwa dalam dunia sepak bola modern yang penuh ego dan inkonsistensi, sikap seperti yang ditunjukkan Chivu adalah sesuatu yang langka.
“Kita hidup di dunia yang penuh orang tak konsisten. Nilai-nilai seperti yang ditunjukkan Chivu sudah jarang muncul. Dia adalah contoh nyata bagaimana seorang pelatih bisa besar bukan hanya karena hasil, tapi karena kepribadian dan cara berkomunikasi,”
Kontroversi Penalti Napoli: “Tak Pernah Lihat yang Seperti Itu”
Bergomi juga menyinggung keputusan wasit dalam laga tersebut, di mana Napoli mendapat penalti yang diputuskan oleh asisten wasit (guardalinee), situasi yang menurutnya “belum pernah terjadi dalam sejarah Serie A”.
“Dalam pertandingan Napoli-Inter, saya melihat sesuatu yang belum pernah saya lihat sebelumnya. Saya tidak pernah melihat penalti diberikan oleh seorang hakim garis,” tegasnya.
Meski demikian, Bergomi tetap memberi penghormatan kepada Napoli yang tampil lebih tajam dan layak menang.
“Napoli pantas menang, tapi saya tidak mengubah pandangan saya. Hal itu tidak menghapus keanehan dari keputusan wasit yang terjadi,”
“Inter Tetap Kuat, Tapi Belum Tangguh Saat Permainan Jadi Kotor”
Bicara soal performa Inter Milan, Bergomi menyebut bahwa skuad asuhan Chivu tetap tim yang “pintar bermain bola”, tapi memiliki satu kelemahan besar: kesulitan ketika permainan menjadi keras atau tidak terkontrol.
“Inter tahu bagaimana bermain sepak bola, tapi begitu permainan jadi kotor, mereka kesulitan. Begitu sudah empat tahun keadaannya seperti itu,” jelasnya.
“Inter bukan yang paling kuat, tapi yang paling pintar. Mereka tahu bermain di Eropa, karena di sana permainan lebih taktis. Tapi di Serie A, untuk jadi juara, kamu harus bisa bertarung di setiap situasi.”
Bergomi juga menyoroti sektor pertahanan Inter Milan yang meski solid dalam membaca permainan, namun tidak punya kecepatan tinggi.
“Pertahanan Inter bagus dalam membaca situasi, tapi lambat. Itulah mengapa mereka bisa menang di Eropa, tapi sering kesulitan di Serie A yang lebih fisik.”

Leave a Reply