Eksklusif! Ausilio Ungkap Cerita di Balik Gagalnya Transfer Lookman, Koné, dan Keputusan Pilih Chivu

Direktur olahraga Inter Milan, Piero Ausilio, melakukan wawancara panjang dan mendalam bersama Corriere dello Sport.

Dalam perbincangan tersebut, Ausilio mengungkap sisi menarik dari perjalanan panjangnya di Nerazzurri, mulai dari penyesalan terhadap Gian Piero Gasperini, kisah di balik negosiasi pemain seperti Lookman dan Koné, hingga keyakinannya bahwa Cristian Chivu adalah sosok yang tepat untuk masa depan klub.

Filosofi Direktur dan Loyalitas ke Inter

Dalam refleksinya, Ausilio menegaskan bahwa peran direktur olahraga bukan sekadar administratif.

Ia menyebut sosok seperti Braida, Sartori, dan Sabatini sebagai inspirasi, sembari menekankan pentingnya keseimbangan antara operativitas dan kepercayaan diri dari manajemen.

“Menurut saya, direktur olahraga adalah sosok yang sangat sentral jika kita berbicara soal operasional klub. Tokoh seperti Braida, Sartori, dan Sabatini selalu menjadi sumber inspirasi bagi saya. Beberapa dari mereka bahkan masih aktif bekerja hingga kini. Namun, tentu saja, dalam beberapa tahun terakhir, ada presiden yang, katakanlah cukup terlibat langsung dalam urusan klub,” ujar Ausilio, seperti dilansir FCInter1908.

Ia pun memuji beberapa presiden yang pernah memimpin Inter:

“Moratti adalah sosok yang penuh gairah. Thohir? Visioner dan berani. Zhang, maksud saya Steven, adalah inovator sejati. Sementara Oaktree adalah group yang solid dan sangat terstruktur,”

“Marotta? Ia adalah sosok yang sempurna bagi seseorang seperti saya yang hanya ingin fokus bekerja. Dalam aspek teknis, ia memberi banyak kebebasan, sementara dirinya menjadi orang yang menyatukan semua keputusan besar,”

Chivu, Pilihan Tepat Setelah Inzaghi

Ausilio juga menyinggung momen krusial setelah kepergian Simone Inzaghi pada awal Juni lalu.

“Kami baru mulai membahas pengganti Simone (Inzaghi) pada 1 Juni. Saya pastikan kepada Anda, sampai detik terakhir kami masih berharap ia bertahan. Namun, ketika pemilik klub meminta kami mencari solusi, tentu kami tidak bisa hanya membawa satu nama saja. Fabregas dan De Zerbi? Ya, kami melakukan pendekatan dan mengambil kesimpulan kami sendiri. Apakah mereka menolak pindah? Itu interpretasimu. Yang jelas, Cristian (Chivu) memiliki semua yang kami cari. Ia adalah pilihan yang tepat untuk klub dan juga bagi pemilik,”

Kasus Lookman dan Koné

Salah satu bagian paling menarik dari wawancara tersebut adalah cerita di balik negosiasi transfer yang gagal terealisasi. Ausilio mengakui bahwa Inter sempat serius mencoba mendatangkan Ademola Lookman dari Atalanta.

“Kami sudah mencoba, karena kami percaya langkah itu bisa membawa perubahan bagi tim. Tapi, Atalanta bersikeras menolak setiap upaya kami,”

“Untungnya, perkembangan Pio (Esposito) dan Bonny membuat kami bisa menyesuaikan target transfer dan tetap setia pada formasi 3-5-2,”

Begitu pula dengan Manu Koné, yang sempat menjadi target sebelum Inter memutuskan mempertahankan formasi 3-5-2.

“Koné? Seperti yang saya katakan tadi, kami tetap pada 3-5-2. Memang ada kontak, satu atau lebih, tapi yang penting adalah pada akhirnya Roma memberi tahu kami bahwa negosiasi tidak akan berlanjut. Jadi kami langsung bergerak untuk mendatangkan Diouf,”

Keputusan untuk tetap setia pada sistem permainan akhirnya membuka jalan bagi dua talenta muda Pio Esposito dan Ange-Yoan Bonny, yang kini menjadi bagian di skuad Inter Milan.

“Pio Esposito? Kami mencari penyerang tengah, sempat mengikuti Højlund juga. Namun selama dua pekan Piala Dunia Antarklub, kami melihat Pio punya kekuatan fisik dan tekad besar untuk sukses. Karena itu, Bonny jadi pelapis Thuram dan Pio Esposito menjadi alternatif bagi Lautaro,”

Penyesalan Soal Gasperini

Ausilio secara terbuka mengakui bahwa salah satu penyesalan terbesar dalam kariernya di Inter adalah tak sempat benar-benar bekerja dengan Gasperini, sosok yang kemudian sukses besar di Atalanta.

“(Gasperini) Di Inter waktunya terlalu singkat. Percayalah, saya benar-benar ingin bekerja dengannya, terutama setelah melihat apa yang ia capai kemudian. Ia pelatih top,”

“Mourinho? Ia berada di atas semuanya, tak tertandingi untuk apa yang ia wakili dalam sejarah Inter,”

Soal Transfer Lautaro

“Saat itu dia sudah menandatangani kontrak dengan Atletico Madrid. Saya sampai harus terbang dan berisiko pulang tanpa pemain itu. Bisa Anda bayangkan betapa malunya kalau gagal… Andrea Berta (direktur olahraga Atletico saat itu, kini di Arsenal) pernah bilang Lautaro membatalkan bukan satu, tapi tiga kontrak. Kalau dia bilang begitu… yang saya tahu cuma satu. Saya turun tangan secara langsung karena kedua klub belum mencapai kesepakatan,”

Kesuksesan di Bursa Transfer

“Kami juga melakukan banyak hal bagus lainnya, Mkhitaryan kami dapat gratis karena Roma sudah tak menginginkannya,”

“Hakimi kami beli seharga €40 juta dan jual €70 juta, Calhanoglu gratis, Bastoni hanya punya tiga pertandingan di Atalanta lalu kami pinjamkan ke Parma dan kemudian jadi pemain kunci. Onana kami rekrut gratis saat dia masih terkena skorsing, lalu kami jual €55 juta. Lukaku adalah permintaan Conte, transfernya sukses besar, begitu pula saat dijual ke Chelsea. Balotelli? Kami rekrut saat dia 16 tahun dari Lumezzane,”

“Mario (Balotelli) adalah bakat besar yang tak sepenuhnya tuntas. Ia punya potensi luar biasa dan sudah menjalani karier yang bagus, tapi tidak seperti yang saya bayangkan.”

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*