Marotta Soroti Ketimpangan Finansial Serie A dan Premier League

Presiden Inter Milan, Beppe Marotta, kembali menyoroti ketimpangan finansial antara Serie A dan liga-liga top Eropa lainnya, terutama Premier League.

Dalam wawancara terbarunya via FCInter1908, Marotta menyebut bahwa klub-klub Italia kini berada dalam posisi yang sulit secara ekonomi, jauh tertinggal dari para pesaingnya di Inggris dan Spanyol.

“Hak siar televisi kami hanya bernilai sekitar €200 juta, sementara di Premier League mencapai €3 miliar,” ujar Marotta dengan nada prihatin.

Serie A Kehilangan Daya Saing di Bursa Transfer

Menurut Marotta, meski klub-klub Italia seperti Inter Milan, Napoli, dan Roma masih mampu tampil kompetitif di Eropa, mereka tidak lagi memiliki kekuatan finansial untuk bersaing di pasar transfer.

Contohnya, Real Madrid baru-baru ini mengeluarkan sekitar €70 juta untuk memboyong Franco Mastantuono, pemain muda yang sempat masuk radar Inter.

Namun, dengan kondisi finansial Serie A saat ini, peluang merekrut talenta seperti itu nyaris mustahil.

“Saat ini, kami tidak dapat membeli pemain seperti yang dilakukan Real Madrid. Mastantuono dibayar €60-70 juta,”

“Klub Italia di awal 2000-an bisa mengeluarkan €30-35 juta untuk satu pemain. Kini, semua bergantung pada penjualan pemain dan capital gain agar neraca keuangan seimbang,” ungkap Marotta.

“Saat ini, pemain terpenting datang ketika ia berusia 40 tahun,”

Ketergantungan pada Penjualan Pemain

Marotta menilai bahwa sistem keuangan klub-klub Serie A kini bergantung pada jual-beli pemain, bukan pada pendapatan hak siar atau sponsor besar seperti yang dinikmati oleh klub-klub Inggris dan Spanyol.

“Dulu menjual pemain adalah hal yang jarang. Sekarang itu menjadi kebutuhan utama untuk menyeimbangkan anggaran,” tambahnya.

Visi Baru Inter Milan: Klub Modern dan Berorientasi Masa Depan

Namun, Marotta tak sekadar mengeluh. Ia juga menguraikan bagaimana Inter kini mencoba beradaptasi dengan perubahan zaman lewat modernisasi manajemen klub.

“Sepak bola saat ini seperti sebuah perusahaan. Kami sedang merombak pusat latihan Appiano Gentile dan merancang bagaimana sepak bola akan terlihat dalam 15 tahun ke depan,” jelasnya.

Salah satu langkah besar adalah memperkuat aspek psikologis dan pengembangan mental pemain.

Inter berencana menghadirkan 20 psikolog yang akan bekerja dengan seluruh jenjang pemain, dari tim utama hingga akademi muda.

“Kami ingin menumbuhkan kepercayaan diri dan kesiapan mental sejak dini. Di negara-negara Nordik, psikolog menjadi bagian penting dalam pembinaan pemain muda. Italia harus mengejar hal itu,” lanjut Marotta.

Selain aspek mental, Marotta juga menekankan pentingnya teknologi dan analisis data dalam perekrutan dan pengembangan pemain.

“Kami menggunakan algoritma untuk memahami kualitas pemain, termasuk kemampuan melihat gawang dan pengambilan keputusan di lapangan. Namun, faktor manusia tetap yang terpenting. Perbedaan antara pemain berbakat dan juara sejati sering kali terletak pada aspek mental.”

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*