Inter Milan menjadi sorotan usai menelan kekalahan mengejutkan dari Udinese pada giornata kedua Serie A 2025/26.
Kekalahan ini langsung memicu komentar pedas dari jurnalis Italia, Riccardo Trevisani, yang menilai bahwa Nerazzurri memiliki masalah mental serius dan bahkan tak pernah benar-benar menjadi tim terkuat.
Dari Kemenangan Telak ke Kekalahan Mengejutkan
Inter sebenarnya membuka musim dengan penuh percaya diri setelah menghancurkan Torino 5-0 di laga pembuka.
Performa gemilang Marcus Thuram dkk. membuat banyak pihak yakin Inter bakal jadi kandidat utama peraih Scudetto musim ini.
Optimisme semakin tinggi ketika Denzel Dumfries membuka skor melawan Udinese di San Siro.
Namun, suasana berubah drastis setelah Dumfries melakukan handball yang berujung penalti di menit ke-29.
Keinan Davis sukses menyamakan kedudukan, sebelum Arthur Atta mencetak gol penentu kemenangan Udinese pada menit ke-40.
Inter gagal bangkit hingga akhir laga, dan Friulani pun membawa pulang tiga poin berharga.
Trevisani: Mentalitas Inter Masih Rapuh
Menurut Trevisani, kekalahan ini memperlihatkan sisi lemah Inter secara psikologis.
“Saya sepakat dengan apa yang dikatakan Chivu: Inter sangat terpukul secara mental setelah penalti Dumfries,”
“Handball Dumfries dan penalti untuk Udinese tidak boleh mengganggu mental mereka,”
Ia menambahkan bahwa masalah mentalitas ini bukan hal baru, karena Inter sering kali gagal mempertahankan ketenangan dalam situasi sulit.
“Ini adalah masalah mental besar yang sudah lama dihadapi Inter. Masalah ini terutama berasal dari kegagalan para pemain untuk menyadari bahwa mereka sebenarnya sangat kuat dalam konteks tertentu dan ketika segalanya berjalan baik,”
Inter Tak Pernah Jadi yang Terkuat
Lebih jauh, Trevisani bahkan menilai Inter terlalu dilebih-lebihkan selama ini. Menurutnya, keberhasilan Nerazzurri beberapa musim terakhir lebih karena sistem yang dibangun Simone Inzaghi, bukan karena kualitas individu para pemain.
“Mereka bukan tim terkuat. Mereka terlihat kuat hanya jika melakukan hal-hal tertentu. Tanpa itu, kualitas individu pemain seperti Darmian, Acerbi, atau Dimarco bukan di level elite,” tegasnya.
Trevisani menyebut bahwa Inter sebenarnya hanya “naik level” berkat taktik Inzaghi. Namun publik kemudian menaruh ekspektasi berlebihan, seolah Inter adalah tim yang wajib menang besar di setiap laga.
Harapan Tetap Ada
Meski keras dalam kritiknya, Trevisani tetap menegaskan bahwa Inter masih termasuk tim papan atas. Dengan kedalaman skuad yang semakin baik, seharusnya mereka bisa bangkit dan kembali bersaing di jalur juara.
“Ini tim yang sampai beberapa bulan lalu disebut sebagai yang terkuat di dunia. Jadi tidak mungkin mereka tiba-tiba jadi tim yang buruk. Mereka punya kualitas untuk lebih baik.” Tutup Trevisani.

Leave a Reply